Kamis, 09 Februari 2017

LBK Sahabat Bahasa, Berbagi Pengalaman Belajar Bersama Difabel

LBK Sahabat Bahasa, Berbagi Pengalaman Belajar Bersama Difabel.




Malang - Listiana Wahyuni, salah satu pengajar di LBK Sahabat Bahasa Malang yang telah berkecimpung di dunia difabel selama lebih dari 5 tahun. Banyak edukasi yang ia temukan selama ia aktif sebagai relawan bagi difabel, baik sebagai pendamping anak-anak autis, down syndrome, tunanetra ataupun menjadi interpreter bahasa isyarat di beberapa instansi. Dari pengalamannya dalam menterapi para difabel, ia kemudian menyimpulkan bahwa anak-anak yang terdeteksi sejak dini memiliki spektrum autis, down syndrome ataupun tuli tersebut segera diterapi, maka kemungkinan mandiri bagi sang anak difabel ini akan semakin tinggi.  Listi, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa anak difabel pada hakekatnya sama seperti anak normal lainnya, hanya saja ada treatment khusus yang perlu diberikan pada anak-anak istimewa ini. “Ke depannya saya berharap anak-anak difabel dapat lebih mandiri,” ungkap Listi kepada Solider di Malang. 

Menurut keterangan Listi, anak difabel yang umurnya lebih dari 10 tahun biasanya memiliki pikiran yang sudah terpola. Jika anak ini terdidik manja di dalam lingkungannya maka akan lebih sulit untuk mengarahkan bakat dan mendidiknya. Bagi Listi, pendidikan karakter sejak dini bagi para difabel sangat dibutuhkan, guna menciptakan jiwa yang mandiri pada anak difabel.

 

Sumber: Dokumentasi Pribadi

LBK Sahabat Bahasa juga mempunyai murid tuli yang yang usianya 18 tahun. Ketika awal mendaftar di LBK Sahabat Bahasa ia belum bisa membaca, menulis, dan berhitung, bahkan ia tidak pernah bersekolah. Setelah belajar di LBK Sahabat Bahasa hanya dalam waktu kurang dari 1 tahun, dia sudah bisa membaca, menulis, dan menghitung.

Selain kemampuan dasar, LBK Sahabat Bahasa juga membekali anak didik tersebut dengan soft skill Microsoft Office dan desain grafis. Pada pertengahan tahun ini anak tersebut juga diikutkan dalam lomba kaligrafi tingkat nasional yang diadakan di Universitas Islam Negeri Malik Ibrahim Malang.

Sumber: https://solider.or.id/2016/09/13/sahabat-bahasa-berbagi-pengalaman-belajar-bersama-difabel