Sabtu, 13 Agustus 2016

Sosiolinguistik: Perubahan, Pergeseran dan Pertahanan Bahasa

Sosiolinguistik: 
Perubahan, Pergeseran dan Pertahanan Bahasa

www.thalisuowm.weebly.com


  •  PERUBAHAN BAHASA

Sifat bahasa yang dinamis serta adanya percampuran antar kode bahasa mengakibatkan adanya perubahan bahasa. Perubahan bahasa biasa diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, bisa karena kaidahnya direvisi, kaidahnya menghilang, atau pun munculnya kaidah baru dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun leksikon. Terjadinya perubahan bahasa menurut para ahli tidak dapat diamati, sebab perubahan itu yang sudah menjadi sifat hakiki bahasa (dinamis), berlangsung dalam waktu yang relatif lama, sehingga tidak mungkin diobservasi oleh seseorang yang mempunyai waktu yang relatif terbatas.

Namun yang dapat diketahui adalah bukti adanya perubahan bahasa itu sendiri. Inipun terbatas pada bahasa-bahasa yang mempunyai tradisi tulis, dan mempunyai dokumen tertulis dari masa yang sudah lama berlalu. (Chaer, 2004: 134). Beberapa bahasa yg bisa di ikuti perkembanganya adalah bahasa Bahasa Inggris, Arab, Indonesia, Melayu dan bahasa jawa. Namun menurut Sausure (1959) dan Bloomfield (1913) yang dapat kita lakukan adalah mengamati akibat dari perubahan bahasa tersebut. Akibat yang terutama dari perubahan bahasa tersebut adalah adanya perbedaan terhadap struktur bahasa tersebut.

 1. Perubahan Fonologi

Perubahan fonologis dalam bahasa Inggris ada juga yang berupa penambahan fonem. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi bahasa Indonesia pun dapat kita lihat. Sebelum berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /s/ belum dimasukan dalam khazanah fonem bahasa Indonesia; tetapi kini ketiga fonem itu telah menjadi bagian khazanah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lama hanya mengenal empat pola silabel, yaitu V, VK, KV, dan KVK; tetapi kini pola KKV, KKVK, KVKK telah pula menjadi pola silabel dalam bahasa Indonesia. Contohnya dalam pola KKV adalah khu-syuk; kha-watir; dll, sedangkan untuk pola KKVK seperti tran-migrasi; prak-tik; dll, lalu untuk pola KVKK seperti makh-luk; masy-hur.

2. Perubahan Morfologi

Perubahan bahasa dapat juga terjadi dalam bidang morfologi yakni dalam proses pembentukan kata. Misalnya dalam bahasa Indonesia ada proses penasalan, dalam proses pembentukan kata dengan prefiks me-  da pe-. Kaidahnya adalah:
(1) apabila kedua prefiks itu diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /l/, /r/, /w/, dan /y/ tidak terjadi penasalan
(2) kalau diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /b/ dan /p/ diberi nasal /na/
(3) kalau diimbuhkan pada kata yang dimulai denga konsonan /d/ dan /t/ diberi nasal /n/;
(4) kalau diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /s/ diberi nasal /ny/; dan bila diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /g/, /k/, /h/, dan semua vokal diberi nasal /ng/.

Contoh, kata bor. Menurut kaidah di atas jika kata bor diberi prefiks me- dan pe- tentu bentuknya harus menjadi membor dan pembor, tetapi dalam kenyataan berbahasa yang ada adalah bentuk mengebor dan pengebor. Jadi jelas dalam data tersebut telah terjadi penyimpangan kaidah dan munculnya alomorf menge- dan penge-. Para ahli tata bahasa tradisional tidak mau menerima alomorf tersebut karena menyalahi kaidah dan dianggap merusak bahasa. Namun kini kedua alomorf itu diakui sebagai dua alomorf bahasa Indonesia untuk morfem me- dan pe-. (Chaer dan Leony, 2010:137)

3. Perubahan Sintaksis

Perubahan kaidah sintaksis bisa terlihat dalam bahasa Indonesia. Menurut kaidah sintaksis yang berlaku sebuah kalimat aktif transitif harus selalu mempunyai objek. Definisi singkat dari kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan sedangkan objeknya dikenai pekerjaan. Ciri lainya adalah penggunaan afiks me- atau ber- pada predikatnya. Tetapi dewasa ini kalimat aktif transitif banyak yang tidak dilengkapi objek, seperti:
-          Anita sedang mengajar di TK Dewi Sartika
-          Dia mulai menulis sejak duduk di bangku SMP.
-          Rahmad sudah berpakaian rapi, tetapi belum mandi.

4. Perubahan Kosakata

Dari berbagai bentuk perubahan bahasa yang ada, perubahan paling mudah terlihat adalah pada bidang kosakata. Perubahan kosakata dapat berarti bertambahnya kosakata baru, hilangnya kosakata lama, dan berubahnya makna kata. Bukti dari pernyataan ini adalah terus bertambahnya jumlah kata yang ada di kamus KBBI pada setiap kali penerbitannya. Oleh Chaer dan Leonie (2010:139) disebutkan bahwa ada 6 bentuk dari perubahan kosakata.
a.       Penyerapan bahasa asing dan daerah
b.      Proses penciptaan suku kata baru
c.       Pemberian nama produk atau merk dagang
d.      Pemendekan kata dan akronim
e.       Penggabungan kata dan kata majemuk
f.       Penyingkatan gabungan kata

5. Perubahan Semantik

Perubahan semantik yang umumnya adalah berupa perubahan pada makna butir-butir leksikal yang mungkin berubah total, meluas, atau juga menyempit.
a.     Perubahan yang bersifat total, maksudnya, kalau pada waktu dulu kata itu bermakna ‘A’, maka kini atau kemudian menjadi bermakna ‘B’. Contoh kata seni dulu berarti ‘air kencing’, tetapi kini berarti ‘karya yang bernilai halus’.
b.  Perubahan makna yang sifatnya meluas (broadening), maksudnya dulu kata tersebut hanya memiliki satu makna, tetapi kini memiliki lebih dari satu makna. Contoh kata saudara pada awalnya hanya bermakna ‘orang yang lahir dari ibu yang sama’, tetapi kini berarti juga ‘kamu’.
c.    Perubahan makna yang menyempit, artinya kalau pada umumnya kata itu memiliki makna yang luas, tetapi kini menjadi lebih sempit maknanya. Misalnya, kata sarjana dalam bahasa Indonesia pada mulanya bermakna ‘orang cerdik pandai’, tetapi kini hanya bermakna ‘orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi’.

  • PERGESERAN BAHASA

            Oleh Weinreich (1953:58) didefinisikan sebagai penggantian suatu bahasa oleh bahasa lain secara berangsur-angsur, karena akibat kontak bahasa dalam situasi imigrasi. Diilustrasikan seperti saat anak lahir, didalam keluarganya dia di didik bahasa A, namun seiring bertambahnya usia dia akan mendapat bahasa kedua dari proses interaksi dengan masyarakat atau pun bangku sekolah yaitu B. Lambat laun dia akan merasa bahwa bahasa B lebih penting dan meninggalkan bahasa A. 

Namun faktor kedwibahasaan bukanlah satu-satunya faktor penyebab terjadinya pergeseran bahasa. Terdapat beberapa faktor lain yang juga merupakan penyebab terjadi pergeseran bahasa.

Pertama, perpindahan penduduk (imigrasi). Hal ini sesuai dengan pernyataan Chaer (2004:142), Faktor pergeseran bahasa (language shift) menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur yang terjadi akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang lain. Pergeseran bahasa juga dapat terjadi karena masyarakat yang didatangi jumlahnya sangat kecil dan terpecah-pecah. Pergeseran Bahasa dalam komunitas kecil bergerak dari domain ke domain. Kecenderungan umum untuk bahasa dengan domain “Besar” menginvasi domain bahasa yang lebih kecil. Dengan kata lain, pergeseran bahasa bukan disebabkan oleh masyarakat yang menempati sebuah wilayah, melainkan oleh pendatang yang mendatangi sebuah wilayah. Kasus seperti ini pernah terjadi di beberapa wilayah kecil di Inggris ketika industri mereka berkembang. Beberapa bahasa kecil yang merupakan bahasa penduduk setempat tergeser oleh bahasa Inggris yang dibawa oleh para buruh industri ke tempat kecil itu.

Kedua, pergeseran bahasa juga disebabkan oleh faktor ekonomi. Salah satu faktor ekonomi itu adalah industrialisasi. Kemajuan ekonomi kadang-kadang mengangkat posisi sebuah bahasa menjadi bahasa yang memiliki nilai ekonomi tinggi (Sumarsono dan Partana, 2002:237). Kasus ini dapat dicermati pada bahasa Inggris. Jauh sebelum bahasa Inggris muncul, bahasa yang pertama sekali dipakai di tingkat internasional adalah bahasa Latin. Bahasa ini menjadi bahasa yang dipilih oleh masyarakat, terutama masyarakat pelajar. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, bahasa Latin kemudian ditinggalkan orang. Konon katanya bahasa ini ditinggalkan karena terlalu rumitnya struktur bahasa Latin, karena kerumitan ini orang beralih kepada bahasa Prancis. Bahasa ini memiliki kedudukan layaknya bahasa Latin dahulu. Akan tetapi, sebagaimana bahasa Latin, bahasa ini kemudian ditinggalkan orang. Karena semakin maju perekonomian di Inggris yang ditandai oleh adanya revolusi industri orang kemudian beralih ke bahasa Inggris. Bahasa ini akhirnya menjadi bahasa internasional, mengalahkan bahasa Latin dan bahasa Prancis. Sekarang orang berbondong-bondong belajar bahasa Inggris. Bahkan demi bahasa Inggris, orang rela meninggalkan bahasa pertamanya. Kedudukan bahasa Inggris ini semakin diperkuat oleh adanya perusahaan-perusahaan baik swasta maupun negeri yang menjadikan bahasa Inggris sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pelamar kerja. Bukan hanya itu. Di tingkat perguruan tinggi saja lulus TOEFL merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti sidang sarjana. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya tentu saja karena Eropa merupakan penguasa ekonomi di dunia ini.

Ketiga, pergeseran bahasa menurut Sumarsono dan Partana (2002:237) juga disebabkan oleh sekolah. Sekolah yang biasanya mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak didiknya. Hal ini pula yang kadangkala menjadi penyebab bergesernya posisi bahasa daerah. Akibatnya anak-anak tidak mampu berbahasa daerah. Selain itu para orang tua juga enggan untuk mengajarkan anaknya bahasa daerah karena mereka berpikir anak-anak mereka akan kesulitan menerima pelajaran yang diberikan guru mereka yang berbahasa Indonesia. Sehingga bahasa daerah semakin luntur dan tidak dimengerti oleh generasi mudanya.

Dampak dari pergeseran bahasa adalah punahnya suatu bahasa, oleh Dorian (Sumarsono dan Partana 2002:284) kepunahan bahasa hanya dapat dipakai pada pergeseran total pada satu guyup tutur saja dan pergeseran itu terjadi dari satu bahasa ke bahasa yang lain, bukan dari satu ragam bahasa ke ragam bahasa yang lain dalam satu bahasa. Sehingga apa yang dimaksut oleh Dorian ini kepunahan bahasa adalah pergeseran total bahasa dalam satu guyup tutur.

www.researchperspectives.org
  • PEMERTAHANAN BAHASA

Dalam pemertahanan bahasa, komunitas secara kolektif memutuskan untuk terus menggunakan bahasa tersebut atau bahasa itu telah digunakan secara tradisional. Pemertahanan bahasa (language maintenance) berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya. Di sisi lain itu juga merujuk kepada situasi dimana komunitas penutur, dibawah keadaan yang mendukung terjadinya pergeseran bahasa, tetap berpegang pada bahasa tersebut. Kridalaksana mengartikan “usaha agar suatu bahasa tetap dipakai dan dihargai, terutama sebagai identitas kelompok, dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan melalui pengajaran, kesusastraan, media massa, dan lain-lain.Adapun faktor-faktor pemertahanan bahasa yaitu:

1.Faktor Prestise dan Loyalitas

Nilai prestise dari language choice seseorang yang menggunakan bahasa daerah mereka di tengah komunitas yang heterogen lebih tinggi tingkatannya dengan bahasa daerah lain. menurut Dressler (1984) pada saat sebuah bahasa daerah kehilangan prestisenya dan kurang digunakan dalam fungsi-fungsi sosial, maka ia menyebutkan keadaan ini sebagai sebuah evaluasi sosiopsikologis negatif (negative sociopsychological evaluation) dari sebuah bahasa. Pada kondisi inilah penutur asli sebuah bahasa daerah bisa dengan rela (voluntarily) mengubah bahasanya ke satu bahasa daerah lain yang lebih prestisius. Jadi sangat penting untuk menjaga agar bahasa daerah tetap mempunyai nilai prestise di masyarakat.

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melestarikan dan menjaga prestise bahasa daerah mereka adalah dengan mewajibkan instansi pendidikan untuk menjadi wadah belajar bahasa daerah bagi generasi penerusnya. Hal ini sesuai dengan penerapan yang dinyatakan oleh Fishman (1977:116) bahwa for language spread, schools have long been the major formal (organized) mechanism involved.

2. Faktor Migrasi dan Konsentrasi Wilayah

Migrasi sebenarnya merupakan salah satu faktor yang membawa kepada sebuah pergeseran bahasa. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Fasold (1984), Lieberson, S. (1982) bahwa bila sejumlah orang dari sebuah penutur bahasa bermigrasi ke suatu daerah dan jumlahnya dari masa ke masa bertambah sehingga melebihi jumlah populasi penduduk asli daerah itu, maka di daerah itu akan tercipta sebuah lingkungan yang cocok untuk pergeseran bahasa. Pola konsentrasi wilayah inilah yang menurut Sumarsono (1990:27) disebutkan sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung kelestarian sebuah bahasa.

3.Faktor Publikasi Media Massa

Media massa merupakan faktor lain yang turut menyumbang pemertahanan bahasa daerah. Format yang dipresentasikan pada media dikemas dalam bentuk iklan (advertising). Untuk lebih akrab dengan pendengar dan pemirsa TV, pihak stasiun radio dan televisi lebih banyak mengiklankan produk-produk dalam bahasa daerah daripada bahasa lain. Situasi kebahasaan seperti ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Holmes (1993) bahwa salah satu faktor utama yang berhubungan dengan keberhasilan pemertahanan bahasa adalah jumlah media yang mendukung bahasa tersebut dalam masyarakat (publikasi, radio, TV dan sebagainya).


  • KESIMPULAN

Perubahan, pergeseran, dan pemertahanan bahasa masih berkaitan dengan masalah kontak bahasa yang terjadi dalam masyarakat bilingual atau multilingual. Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa sebagai kode, di mana sesuai dengan sifatnya yang dinamis, dan sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode lain, bahasa itu bisa berubah. Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobilitas penutur , di mana sebagai akibat dari perpindahan penutur atau para penutur itu dapat menyebabkan pergeseran bahasa, seperti penutur yang tadinya menggunakan  bahasa ibu kemudian menjadi tidak menggunakannya lagi. Sedangkan pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah  bahasa-bahasa lainnya.



  Daftar Pustaka

Indrawan, Made iwan. 2010. Sociolinguistic: the study of societies language, Yogjakarta, Graha Ilmu
http://doctorseducati.blogspot.com/2011/06/perubahan-pergeseran-dan-pemertahanan.html di akses pada senin 17 November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar